
Oleh: Ridho Rahmadi, Ketua Umum Partai Ummat
Apakah kemudian #KaburAjaDulu ke luar negeri akan menjamin kehidupan yang lebih baik daripada jika tetap tinggal di dalam negeri? Apakah di luar sana ada jaminan pendidikan yang lebih baik? Jaminan sosial yang lebih baik? Jaminan kesehatan yang lebih baik? Jaminan keamanan yang lebih baik? Dan lain sebagainya yang lebih baik?
Jawabannya, bisa jadi iya, tapi bisa juga jadi tidak. Ada banyak faktor penting yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan kita di sana. Mulai dari bahasa yang berbeda, cuaca yang berbeda, masyarakat yang berbeda, budaya yang berbeda, makanan yang berbeda, waktu yang berbeda, jarak yang jauh dengan keluarga, dan lain seterusnya yang tidak sama dengan di Indonesia.
Paling tidak dari pengalaman pribadi saya yang bersyukur pernah dapat kesempatan merantau ke luar negeri untuk studi dari tahun 2010 hingga 2019, mulai dari Eropa Timur, Eropa Tengah, Eropa Barat, hingga ke Amerika Serikat, kehidupan yang lebih baik di luar negeri sana tergantung juga seberapa mampu kita beradaptasi dengan faktor-faktor yang saya sebutkan tadi.
Bisa jadi kualitas pendidikan di sebuah negara di luar sana, relatif lebih baik jika dibanding di Indonesia, tapi jika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan cara hidup sehari-hari di sana, maka dari pengalaman yang saya lihat, tidak sedikit yang menyerah dan memutuskan untuk pulang ke tanah air.
Jadi, jika kita telaah lebih dalam, tagar #KaburAjaDulu, bukanlah sebuah ekspresi yang mengandung keyakinan 100% bahwa di luar negeri sana, segala sesuatu akan menjadi lebih baik. Tagar tersebut sesungguhnya adalah bahasa keraguan karena mengandung separuh ketidakpastian. Kalau dengan pergi ke luar negeri ada kemungkinan 50% kehidupan kita akan lebih baik, dan juga kemungkinan 50% kehidupan kita malah jadi lebih buruk, maka ini sama dengan orang yang berjudi, yang mempertaruhkan uangnya untuk uang yang lebih banyak jika dia menang, atau uang yang menjadi lebih sedikit atau bahkan habis jika dia kalah.
Jadi, peluang kehidupan yang lebih baik atau lebih buruk lewat #KaburAjaDulu kira-kira sama dengan peluang menang atau kalah dari orang yang sedang berjudi. Di sini bukan berarti saya setuju dengan judi, kita semua tahu itu terlarang, tapi saya hanya mengambil perumpamaan matematika dari orang yang bertaruh.
Logikanya, jika seseorang sampai memutuskan pergi ke luar negeri untuk kehidupan yang lebih baik, itu artinya karena dia melihat peluang untuk hidup lebih baik di tanah air, adalah lebih kecil. Sementara di sisi lain, dia juga tahu bahwa mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri sana juga mengandung ketidakpastian bak orang berjudi. Tapi dia tetap saja pergi kesana untuk mencoba peruntungan. Apakah ini artinya peluang untuk kehidupan yang lebih baik di negeri sendiri yang kita cintai ini lebih kecil dari peluang menang dari orang yang berjudi? Jika iya, alangkah pilunya negeri ini.
Semoga kita semua, terutama pemerintah, dapat menangkap keresahan di balik tagar #KaburAjaDulu, sebagai suatu sinyal bahwa sesungguhnya seorang warga negara Indonesia yang memutuskan untuk ke luar negeri itu bukan karena jaminan 100% akan memperoleh kehidupan yang lebih baik, tapi dia memilih mengambil semua resiko untuk merantau, rela mempertaruhkan kehidupannya, meninggalkan keluarganya, karena pesimis dan tidak melihat peluang yang besar jika dia tetap tinggal di tanah air.
Jadi tagar #KaburAjaDulu bukanlah tentang optimisme hidup di luar negeri, tapi tentang pesimisme hidup di dalam negeri. Tugas kita bersama, terutama pemerintah, adalah menangkap sinyal tersebut dengan baik dan bijak, dan memikirkan bagaimana caranya untuk bisa terus menambah peluang kehidupan yang lebih baik jika tetap memilih di dalam negeri. Karena jika kita biarkan saja gelombang demi gelombang putra-putri terbaik bangsa meninggalkan tanah air ini, maka kita akan kehilangan aset bangsa yang begitu berharga dan kita akan mengalami brain drain. Semoga saja ini tidak sampai terjadi.
Pemerintah harus mendengar dengan baik. Karena mendengarkan rakyatnya adalah tugas dasar pemerintah. Saya pikir ini tidak ada hubungannya dengan nasionalisme dan patriotisme. Justru nasionalisme harus dimulai dari Pemerintah dengan mulai memastikan negara hadir pada setiap kebutuhan rakyatnya. Semoga pemerintah dapat terus menghembuskan spirit optimisme di bumi pertiwi ini, dan rakyat Indonesia dapat menemukan kembali rumahnya yang telah lama hilang.[]